Beberapa waktu lalu di sebuah mall di Jakarta tengah menyuguhkan sekelompok lelaki berpakaian jubah rok panjang dan topi tinggi memanjang yang tengah menari. Gerakan tariannya yang memutar cepat dan kostum yang dikenakan para penarinya merupakan ciri khas Tarian Sufi. Tarian tersebut adalah Tarian Sufi atau di sebut juga Tarian Sema dan di dunia barat di kenal dengan nama Whirling Dervishes.
Ciri Khas Tarian Sufi
Tarian Sufi tersebut rasanya sulit untuk di tiru oleh masyarakat umum karena gerakan yang berputar-putar. Para penari Tarian Sufi di sebut Darwis. Mereka sangat mahir melakukan gerakan tarian tersebut.
Hal ini dibuktikan setelah musik dan tarian selesai, para penari tersebut tidak terjatuh karena merasa pusing. Mereka berdiri tegak bahkan berjalan normal seperti sedia kala. Padahal, mereka melakukan tarian tersebut hingga berjam-jam lamanya.
Sejarah Tarian Sufi
Tarian Sufi atau Whirling dervishes diciptakan oleh sufi ternama yaitu Maulana Jalaludin Rumi dari Turki. Oleh sebab itu tarian tersebut dinamakan Tarian Sufi. Tarian tersebut lahir ketika Jalaludin Rumi mengalami kesedihan karena kehilangan sosok gurunya yaitu Syamsudin Tabriz telah meninggal dunia.
Beliau berusaha meredam perasaannya tersebut kala itu dengan melakukan gerakan-gerakan memutarkan tubuhnya. Jalaludin Rumi menyimpulkan bahwa gerakan yang dilkukannya merupakan bentuk meditasi untuk meneguhkan sikap spritualnya. Tarian Sufi akhirnya dikembangkan oleh Jalaludin Tumi dalam upaya mencari kedamaian, merasakan cinta kasih antara manusia dan Tuhan.
Oleh pemerintah Turki, Tarian Sufi ditetapkan sebagai bagian dari sejarahnya karena merupakan simbol kemajuan peradaban kebudayaan Turki. Di Turki tarian ini terkenal dengan nama Mevlevi Sema Ceremony yang berarti mendengarkan musik dan melakukan gerakan tubuh dengan berputar sebagai tanda suka cita. UNESCO pun menetapkan Mevlevi Sema Ceremony (Tarian Sufi) sebagai salah satu warisan dunia.
Unsur Tarian Sufi
Gerakan Tarian Sufi memiliki unsur-unsur yang memiliki makna tersendiri, seperti:
Tarian di buka oleh pemimpin Tarekat (grup yang membawakan tarian) dengan pembacaan doa-doa berlafazkan Islam sebagai tanda permohonan restu dari sang Pencipta.
Para penari atau Darwis mulai menyuarakan syair-syair ciptaan Jalaludin Rumi dan melakukan tarian dengan gerakan lamban.
Setelah merasakan ketenangan dan merasakan penyatuan atau dekat kepada Tuhan, maka rasa tersebut diekspresikan dengan mempercepat gerakan berputar.
Kedua tangan para penari yang semula mendekap mulai membuka dan membentangkan ke atas layaknya berdoa. Gerakan ini menyiratkan bahwa manusia harus menerima berkah yang Tuhan berikan dan kemudian menyebarkan kembali sebagai wujud rasa kasih sayang.
Unsur-unsur tersebut merupakan ciri khas Tarian Sufi. Dahulu Tarian Sufi hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Tetapi sekarang, Tarian tersebut bisa dinikmati oleh siapa saja.
Ciri Khas Tarian Sufi