Secara umum kondisi air dapat digambarkan dengan kualitas dan ketersediaan (volume). Kualitas air berhubungan dengan kelayakan pemanfaatannya untuk berbagai kebutuhan sedangkan ketersediaan air berhubungan dengan berapa banyak air yang dapat dimanfaatkan dibandingkan dengan kebutuhannya. Selain itu kualitas air juga dipengaruhi oleh volumenya yang berpengaruh langsung pada daya pulih air (self purification) untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu.
Indonesia sendiri memiliki sekitar 6 persen dari cadangan air tawar dunia, namun sering kali di berbagai daerah kita jumpai kenyataan akan kelangkaan dan kesulitan air. Pemanfaatan air selama ini cenderung meningkat, namun sumber daya air yang tersedia tetap bahkan cenderung berkurang akibat pola pemanfaatan yang tidak berkelanjutan dan pencemaran.
Sekitar 15-35% per kapita per tahun ketersediaan sumber daya air yang diperkirakan berkurang akibat rusak dan pencemaran tersebut (Sumber : Buku “Status Lingkungan Hidup Indonesia 2008”). Kondisi kualitas air sungai kita juga dianggap buruk,dari sekitar 30-an sungai yang dipantau oleh Kementerian Lingkungan hidup nyaris semua tercemar berat.
Bahkan pada tahun 2009, Sungai Citarum (Jawa Barat) dinilai sebagai salah satu dari 10 sungai terburuk di dunia. Sepuluh sungai terburuk tersebut merupakan hasil riset dari Internasional River Basin Monitoring, lembaga riset independen internasional yang menangani masalah lingkungan.
Baca: Tema Peringatan Hari Air Dunia 1994 – 2010
Tantangan dan Peluang
Tantangan dalam Peningkatan Kualitas Air adalah perubahan iklim global dimana curah hujan sekarang relatif lebih sebentar namun terkonsentrasi dalam volume yang besar, hujan asam serta perubahan cuaca dan iklim.
Tantangan lain adalah pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi (industri) juga patut diwaspadai. Kemudian penanganan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang disebabkan limbah produk misalkan merkuri pada batere.
Peluang dalam peningkatan kualitas air ini cukup banyak, diantaranya adalah bagaimana mengimplementasikan hasil-hasil teknologi baik dari dalam maupun luar negeri. Kearifan lokal yang mendukung kelestarian sumber daya air juga patut kita gali dan kembangkan. Peluang terbaru dalam peningkatan kualitas air ini datang dari mekanisme kompensasi pengurangan emisi karbon dunia.
Dalam mekanisme ini, negara-negara yang menyumbang pengurangan emisi karbon dunia berhak memperdagangkan / meminta kompensasi dari negara-negara yang tingkat pencemaran karbonnya tinggi. Walaupun ini ditujukan untuk pencemaran udara, namun secara tidak langsung memiliki pengaruh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya air.
Zaman dahulu, orang melihat hutan, bila ingin sesuatu maka tebanglah, kayunya buat uang. Tapi zaman sekarang ini tidak perlu begitu, dengan memelihara hutannya kita justru bisa mendapat uang – Emil Salim.
Tantangan Menghadapi Kualitas Air